Ironi Sungai Citarum

Author: Wisya Aula Prayudi
Greeneration Foundation

This post is also available in: English (English)

Sungai Citarum merupakan sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi Jawa Barat (Indonesia) dengan total luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 6.614 km2 yang merupakan 22% dari luas Jawa Barat. Sungai Citarum memberikan berbagai jasa lingkungan seperti makanan, air minum, dan perlindungan banjir untuk sekitar 25 juta jiwa dengan 15 juta jiwa yang tinggal di sekitar sungai. Airnya diolah untuk menjadi air minum untuk kota-kota besar seperti Bandung, Cimahi, Cianjur, Purwakarta, Bekasi Karawang, dan Jakarta. Sungai tersebut mengalir ke tiga bendungan dan menghasilkan energi listrik dengan kekuatan sekitar 1.400 MW, yang didistribusikan bukan hanya ke Pulau Jawa tapi juga ke Pulau Bali. Sungai Citarum juga memberikan pemandangan yang dapat menghibur warga lokal dan memberikan perlindungan bagi warga yang tinggal di sekitar sungai dari banjir dengan menjadi penampung air hujan. Namun, jasa lingkungan ini semakin berkurang karena kualitas air sungai sudah menurun.

The upstream of Citarum River is still clean and has water springs

Satu masalah yang ada di Sungai Citarum adalah pencemaran. Sumber dari berbagai polutan berasal dari industri, pertanian, dan perumahan warga. Berbagai pencemar kimia masuk ke dalam sungai melalui pipa-pipa yang berasal dari industri yang beroperasi sepanjang sungai yang berkontribusi dalam penurunan kualitas air sehingga air sungai tidak dapat diminum sebelum diproses. Peternakan juga menjadi sumber pencemar karena menghasilkan sampah organik yang tinggi yang berasal dari hewan ternak. Berbagai dampak dari pencemaran oleh sampah organik di dalam sungai adalah ledakan populasi alga dan pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dan penurunan masuknya cahaya matahari ke dalam perairan untuk organisme akuatik. Sumber terakhir dari pencemaran adalah pemukiman warga yang sangat berkontribusi dalam menghasilkan sampah padat khususnya plastik. 

Citarum River is a natural reservoir to collect stormwater protecting neighborhoods from flooding

Akumulasi dari sampah plastik di sungai kemungkinan akan menyebabkan berbagai dampak yang dapat membahayakan kehidupan. Sampah terakumulasi di dasar sungai dan membuat kedalaman sungai lebih dangkal. Berdasarkan warga lokal di Kabupaten Bandung, mereka dahulu menambang sedimen sungai karena memiliki proporsi tanah yang tinggi. Namun sekarang ini, sedimen tersebut mengandung lebih banyak plastik dari sebelumnya. Secara umum, akumulasi plastik dan sampah menyebabkan banjir yang terjadi secara berkala di beberapa area dekat Sungai Citarum. Berdasarkan warga lokal yang tinggal di area tersebut, tinggi air banjir dapat mencapai atap rumah mereka saat musim hujan tiba dan air banjirnya kotor, bau, dan berwarna gelap, sehingga warga harus dievakuasi. Orang-orang juga telah mengklaim bahwa mereka telah melihat sampah padat dan bangkai hewan yang masuk ke dalam rumah mereka dengan air banjir. Bencana ini terjadi setiap tahun di Kabupaten Bandung, bagian selatan dari Kota Bandung Jawa Barat yang berada di sekitar Sungai Citarum. Banjir juga sering terjadi di bagian hilir, yaitu Kota Bekasi. Berdasarkan pemerintah lokal, lebih dari seratus ribu keluarga terdampak oleh banjir dari Bulan Desember 2019 hingga Januari 2020 ketika intensitas hujan tinggi.

Trash accumulated along the Citarum River

Para pemangku kepentingan sepertinya mengerti bahwa sampah padat menjadi salah satu sumber banjir. Contohnya, pemerintah mengimplementasikan berbagai program secara terus-menerus untuk membersihkan sungai, sedangkan komunitas lokal mencoba untuk berkontribusi dengan membersihkan sungai dan mengimplementasikan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab di pemukiman mereka. Berbagai komunitas yang tinggal di Sungai Citarum telah mencoba untuk membersihkan sungai dan mengelola sampahnya dengan cara yang lebih bertanggung jawab. Sebagai contoh, sebuah yayasan yang yang lokasinya di Kabupaten Bandung Barat, yang dikenal sebagai Bening Saguling Foundation telah membersihkan sungai dari sampah plastik. Mereka dapat menjual sebanyak 250 ton plastik yang memiliki nilai per bulannya. Sebagai tambahan, Pak Yoga, seorang warga lokal di kabupaten Bandung, yang tinggal di sekitar Sungai Citarum telah menginisiasi sebuah pergerakan untuk untuk mengumpulkan dan mengelola sampah dengan baik di sekitar area pemukiman tempat tinggalnya. Mereka memproses sampah organik dengan menggunakan belatung, menyortir dan menjual sampah plastik di dalam sebuah fasilitas pengelolaan sampah yang kecill di pinggir sungai.

The Greeneration foundation team with their partners RiverRecycle and Waste4Change

Greeneration Foundation bersama mitra kerjanya Waste4Change dan RiverRecycle akan melakukan edukasi kepada masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat lokal secara khusus mengenai bahaya sampah plastik dan pengelolaan sampah yang tepat. Kami baru saja melakukan studi awal yang mencakup studi sosial dan studi teknis yang khusus untuk mengumpulkan sampel sampah dari Sungai Citarum. Data yang didapatkan dari studi tersebut akan digunakan untuk jangkauan komunikasi, sedangkan data mengenai sampel sampah akan digunakan sebagai referensi untuk teknis operasi proyek kami pada tahun 2021. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, komunitas lokal yang tinggal di area proyek mengerti bahwa sampah adalah sesuatu yang kotor, namun mereka tidak sadar bahwa itu akan berpengaruh buruk bagi kesehatan mereka. Secara umum, orang-orang tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mereka memilih untuk membakar sampah karena tidak memiliki fasilitas sampah yang memadai. Mereka juga mengerti bahwa sampah sangat banyak dihasilkan dari perumahan warga dan mereka tidak memisahkan dan mengurangi sampah yang mereka hasilkan.

Meskipun beberapa intervensi untuk membersihkan Sungai Citarum sudah diimplementasikan, permasalahan masih terlihat. Sebagai contoh, tinggi air banjir di Kabupaten Bandung pada tahun 2020 mencapai tiga meter dan orang-orang menggunakan perahu kayu sebagai alat transportasi.

Kita mungkin harus memikirkan sebuah intervensi yang berkelanjutan untuk menjaga kondisi sungai dalam jangka waktu yang panjang. Berbagai aksi untuk membersihkan sungai dan untuk mencegah sampah plastik masuk ke sungai di awal dapat lebih efektif dengan menggunakan sebuah teknologi yang disesuaikan dengan situasi lokal. Selain itu, berbagai permasalahan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang panjang sehingga orang-orang yang tinggal di sepanjang sungai dapat merasa lebih aman dan sehat karena sungai dapat terus memberikan jasa lingkungan kepada masyarakat dan berbagai ekosistem di sepanjang sungai.